KURIKULUM MERDEKA
Mengenal Jati Diri Anak Usia Dini: Bagian Dari CP PAUD Fase Fondasi
21 - Juli - 2025 14 Share :Kupas tuntas tentang jati diri anak usia dini dalam CP PAUD terbaru 2025. Kenali identitas, sosial emosional, dan karakter anak secara utuh.

Siapa sih aku? Pertanyaan itu mungkin terdengar sederhana, tapi buat anak usia dini, mengenal dirinya sendiri adalah petualangan yang luar biasa penting! Nah, dalam CP PAUD terbaru 2025, aspek jati diri anak usia dini jadi salah satu pilar utama pembelajaran. Anak nggak cuma diajak tahu namanya siapa, tapi juga belajar mengenali perasaannya, memahami peran sosialnya, dan membentuk karakter yang tangguh sejak dini.
Artikel ini akan membahas pentingnya jati diri dalam elemen capaian pembelajaran PAUD, bagaimana kaitannya dengan profil pelajar Pancasila PAUD, serta contoh-contoh praktik pembelajarannya yang mudah dilakukan. Yuk kita gali lebih dalam!
Daftar Isi
- Apa Itu Jati Diri Anak Usia Dini?
- Kenapa Penting Mengenalkan Jati Diri Sejak PAUD?
- Strategi dan Kegiatan Seru untuk Menguatkan Jati Diri Anak
- Kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila
- Penutup dan Ajakannya
Apa Itu Jati Diri Anak Usia Dini?
Jati diri anak PAUD bukan cuma sekadar tahu nama sendiri atau umur berapa—lebih dari itu, ini adalah proses anak mengenal siapa dirinya, apa yang ia sukai, bagaimana perasaannya, serta bagaimana ia memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan sosial. Di fase fondasi CP PAUD, jati diri menjadi kompas utama bagi anak agar tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri dan berkarakter.
Bayangkan anak yang paham perasaannya sendiri dan bisa bilang, “Aku sedang sedih karena mainanku rusak.” Nah, itu contoh nyata dari jati diri yang mulai terbentuk. Anak-anak belajar mengenali dan menyebutkan emosinya, bukan sekadar merengek atau diam saja. Dan di situlah peran sosial emosional PAUD menjadi penting.
Anak juga mulai menyadari bahwa dia bagian dari keluarga, kelas, dan masyarakat yang lebih luas. Ia belajar bahwa ada aturan, ada teman yang perlu dihargai, dan ada perasaan yang perlu dijaga. Hal-hal kecil seperti antre saat bermain atau minta maaf ketika salah, sebenarnya adalah proses mengenal jati diri melalui interaksi sosial.
Para ahli pendidikan anak sepakat, membangun jati diri sejak dini adalah fondasi penting untuk membentuk anak yang mandiri dan siap belajar sepanjang hayat. Kalau boleh diibaratkan, jati diri ini seperti akar pohon—kalau akarnya kuat, pohonnya bisa tumbuh tinggi dan tahan angin.
Jadi, kalau anak kita bisa bilang “aku sedih, tapi aku akan coba tenang dulu,” wah... itu bukan cuma bikin bangga, tapi juga tanda bahwa ia sedang belajar jadi manusia seutuhnya.
Kenapa Penting Mengenalkan Jati Diri Sejak PAUD?
Pernah lihat anak yang langsung ngambek kalau mainannya diambil, atau yang diam saja kalau ditanya “kenapa sedih?” Nah, bisa jadi mereka belum sepenuhnya mengenali dirinya sendiri. Padahal, sejak usia dini, anak sudah bisa—dan sebaiknya—dilatih mengenali siapa dirinya, bagaimana perasaannya, dan bagaimana cara merespons dunia di sekitarnya.
Mengenalkan jati diri anak usia dini itu seperti menyiapkan cermin jernih: anak bisa melihat siapa dirinya dengan lebih jelas. Dan ini bukan cuma teori, tapi hasil dari banyak riset di bidang perkembangan anak yang menunjukkan bahwa anak yang paham dirinya akan tumbuh jadi pribadi yang lebih tangguh, percaya diri, dan sehat secara emosional.
- Menumbuhkan rasa percaya diri — Anak tahu bahwa dirinya berharga, diterima, dan dicintai. Dia tahu kalau salah itu nggak apa-apa, asal mau belajar.
- Melatih empati — Anak nggak hanya tahu perasaannya sendiri, tapi juga bisa peka terhadap teman yang sedang sedih atau marah.
- Mendorong kemandirian — Anak jadi berani mengambil keputusan kecil seperti memilih baju sendiri atau membereskan mainan tanpa disuruh.
- Membantu proses belajar — Anak yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri akan lebih terbuka menerima pelajaran, nggak gampang takut salah, dan lebih fokus.
Jadi, mengembangkan jati diri itu bukan soal ego, tapi soal membekali anak dengan alat navigasi hidup. Kayak ngasih GPS ke anak di dunia yang semakin kompleks ini—biar mereka tahu arah, tahu tujuan, dan tahu kapan harus belok atau istirahat sejenak.
Dan yang paling penting, proses ini nggak instan. Perlu ketelatenan dari guru dan orang tua. Tapi tenang, setiap usaha kecil yang kita lakukan hari ini bisa jadi pondasi kuat di masa depan anak.
Strategi dan Kegiatan Seru untuk Menguatkan Jati Diri Anak
Membentuk jati diri anak itu nggak harus lewat teori-teori berat atau kegiatan rumit, kok. Justru, kegiatan yang ringan, menyenangkan, dan penuh tawa itulah yang paling berdampak. Dan di sinilah peran guru dan orang tua jadi kunci utama. Ibaratnya, kita adalah “pelatih karakter” yang siap menemani anak mengenal siapa dirinya—tanpa tekanan, tanpa hafalan panjang.
- Cermin Ajaib — Ajak anak bercermin sambil menyebutkan 3 hal positif tentang dirinya. Misalnya: "Aku pintar", "Aku sayang teman", atau "Aku berani bicara di depan kelas". Ini cara simpel tapi kuat untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri.
- Peta Keluarga — Minta anak menggambar siapa saja anggota keluarganya dan apa yang biasanya dilakukan setiap hari. Lalu ajak anak cerita: “Ayah kerja apa?” “Ibu suka masak apa?” Ini bukan cuma seru, tapi juga membangun rasa memiliki dan pemahaman tentang relasi sosial.
- Kartu Emosi — Gunakan gambar wajah dengan ekspresi berbeda, lalu tanyakan ke anak: “Hari ini kamu merasa apa?” Anak belajar mengenali emosi dan tahu bahwa semua perasaan itu valid. Ini pondasi penting untuk kecerdasan emosional.
- Drama Mini — Ajak anak bermain peran sebagai dokter, guru, atau bahkan penjual es krim. Sambil bermain, anak belajar menempatkan diri, memahami peran sosial, dan merespons situasi dengan imajinasi positif.
- Pojok Ekspresi — Buat sudut khusus di kelas atau rumah tempat anak bebas menggambar, bercerita, menari, atau bernyanyi. Lewat ekspresi kreatif, anak bisa menunjukkan isi hatinya tanpa harus banyak kata.
Nah, semua kegiatan ini sebenarnya nggak ribet, kan? Tapi dampaknya luar biasa untuk membangun jati diri anak usia dini. Anak jadi lebih kenal dirinya, lebih percaya diri, dan tentu saja lebih bahagia.
Semua ini juga sejalan banget dengan semangat Kurikulum Merdeka dan CP PAUD terbaru 2025 yang menekankan pentingnya pendekatan holistik dan menyenangkan dalam membentuk karakter anak.
Kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila
Kalau ngomongin profil pelajar Pancasila PAUD, kita nggak cuma bicara soal anak yang pintar baca tulis sejak dini. Yang lebih penting adalah: apakah anak-anak kita tumbuh jadi pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia? Nah, jati diri punya peran besar dalam membentuk itu semua!
Di dalam Profil Pelajar Pancasila, ada enam dimensi karakter utama yang harus dibentuk sejak PAUD. Dan percaya deh, semuanya nyambung banget sama pembentukan jati diri anak. Misalnya:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia — Anak belajar bahwa dirinya ciptaan Tuhan, dan berbuat baik itu menyenangkan.
- Berkebinekaan global — Anak jadi tahu bahwa meski teman-temannya berbeda, semua tetap bisa bermain dan belajar bersama.
- Mandiri — Anak diberi ruang untuk memilih, mencoba, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Bahkan sekadar memilih warna krayon pun sudah jadi langkah awal.
- Gotong royong — Anak belajar kerja sama, berbagi, dan saling bantu saat bermain atau saat beres-beres kelas.
- Kreatif — Anak mengekspresikan dirinya lewat gambar, lagu, atau cerita. Imajinasi mereka dilatih jadi kekuatan!
- Bernalar kritis — Anak dilatih untuk bertanya, mencari tahu, dan nggak takut mencoba hal baru.
Jadi, mengenalkan jati diri anak sejak dini bukan cuma tentang “kenal nama dan umur”, tapi juga langkah awal membentuk karakter lengkap ala pelajar Pancasila. Dan jangan salah—proses ini nggak perlu mewah atau muluk-muluk. Justru lewat aktivitas harian yang konsisten dan penuh kasih sayang, anak-anak belajar jadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Penutup dan Ajakannya
Mengenalkan jati diri anak usia dini bukan sekadar pelengkap dalam elemen capaian pembelajaran PAUD—ini adalah pondasi penting dalam membentuk karakter anak yang kuat, sehat secara emosional, dan siap tumbuh dalam dunia yang penuh warna. Anak yang tahu siapa dirinya akan lebih percaya diri, lebih tangguh saat menghadapi tantangan, dan tentu lebih siap jadi pembelajar seumur hidup.
Tapi tenang, untuk mendampingi proses ini kamu nggak harus jadi ahli psikologi anak atau lulusan pendidikan luar negeri. Cukup jadi sosok dewasa yang sabar, konsisten, dan tulus hadir. Anak-anak tidak butuh guru atau orang tua yang sempurna—mereka hanya butuh yang mau mendengarkan, memahami, dan menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, yuk kita mulai dari hal-hal kecil: menyapa anak dengan senyuman, mendengarkan cerita mereka dengan mata berbinar, dan memberi ruang mereka mengekspresikan siapa dirinya. Karena dari situlah jati diri tumbuh, satu langkah kecil setiap hari.
Kamu bisa unduh ringkasan PDF CP PAUD Terbaru 2025 di sini sebagai bekal tambahan, dan jangan lupa bagikan artikel ini ke rekan guru, komunitas belajar, atau grup WhatsApp wali murid. Siapa tahu bisa jadi percikan inspirasi yang bikin semangat kita makin menyala!

Aristo Bharata
Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso