Belajar Dari Mana Saja di tamanpustaka.com

Saat ini ada lebih dari 198 artikel gratis yang tersedia

Mulai Belajar

PPKN KELAS 8

Semangat Kebangkitan Nasional Tahun 1908 Bagian 2

10 - Juli - 2023  1,6K  Share :

Kebangkitan Nasional merupakan bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan


B. Perintis Kebangkitan Nasional dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia

Kebangkitan Nasional merupakan bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan. Semangat nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama dan tidak muncul secara tiba-tiba. Semangat nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan sehingga bangsa Indonesia sulit mencapai kemerdekaan. Berkat lahimnya organisasi Budi Utomo dan diikuti oleh organisasi. organisasi pergerakan nasional lainnya, perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah berubah. menjadi bersifat nasional. Sejak saat itu, perjuangan kemerdekan bangsa mengalami perubahan.

1. Lahirnya Organisasi Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo merupakan organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional dan berbentuk modern. Secara harfiah, kata budidalam Budi Utomo artinya perangai atau tabiat, sedangkan utomoberarti baikatauluhur. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Jadi, Budi Utomobermakna sebuah wadah bagi anggotanya untuk mencapai sesuatu berdasar keluhuran budi, kebaikan perangal atau tablat.

Budi Utomo merupakan organisasi yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 atas gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo. dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan seorang lulusan dari STOVIA (Sekolah Kedokteran Jawa) yang merasa bahwa untuk bisa membebaskan Indonesia dari penjajahan, rakyat Indonesia harus cerdas.

Organisasi Budi Utomo lahir dari diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) oleh beberapa mahasiswa, seperti Soetomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka memikirkan nasib bangsa Indonesia yang sangat buruk serta cara memperbaiki para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) yang hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan.

Awalnya Budi Utomo bukanlah organisasi politik, tetapi bergerak di bidang pendidikan dan sosial budaya. Tujuan utama organisasi ini adalah kemajuan bagi Hindia Belanda dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Tujuan tersebut ingin dicapai dengan usaha berikut.

a. Meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia dengan jalan memajukan pendidikan dan pengajaran.

b. Meningkatkan ekonomi rakyat dan mempererat kehidupan sosial.

c. Menghidupkan kembali kebudayaan 

d. Memajukan teknik dan industri.

Budi Utomo merupakan awal lahirnya semangat kebangkitan bangsa Indonesia untuk berjuang melawan para penjajah. Berdirinya Budi Utomo dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memajukan bangsa dan menumbuhkan nasionalisme melalui jalur pendidikan. Beberapa bentuk peran politik Budi Utomo sebagai berikut.

a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.

b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.

c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.

d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).

e. Membentuk komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad.

Keunggulan dari Budi Utomo, yaitu meningkatnya kualitas penduduk di Indonesia karena organisasi ini melaksanakan pembelajaran bahasa Belanda. Namun pada awal pembentukan Budi Utomo, organisasi ini memiliki berbagai kendala, antara lain pembatasan anggota Budi Utomo hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura serta tidak mencampuri urusan politik.

Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang, yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Susunan pengurus pada kongres ini sebagai berikut.

Ketua : Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo (Bupati Karanganyar)

Wakil Ketua :Wahidin Sudiro Husodo

Sekertaris I : Mas Ngabei Dwidjosewo

Sekertaris II :Raden Sostrosugondo

Bendahara : Raden Mas Panji Gondoatmodjo

Komisaris : Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M. Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, dan Cipto Mangunkusumo.

Dalam kongres Budi Utomo yang pertama, berhasil diputuskan beberapa hal berikut

a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.

b. Tidak melibatkan diri dalam politik

c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.

d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.

e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.

Kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan Nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya. Ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908 sebagai berikut.

a. Perjuangan dilakukan melalui organisasi, bukan dengan kekerasan.

b. Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan.

c. Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh (tidak bersifat kedaerahan).

2. Organisasi Masa Kebangkitan Nasional Indonesia

Selain Budi Utomo, muncul banyak organisasi pergerakan nasional lain ini dipaparkan beberapa di antaranya. yang sezaman. Berikut.

a. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam (disingkat SI), sebelumnya bemama Sarekat Dagang Islam (SDI), didirikan pada 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi di Laweyan, Solo, dengan tujuan awal menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat Muslim.

b. Indische Partij

Indische Paroj didinkan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Pendirinya Dr. E.F.E. Douwes Dekker sebagai ketua, sedangkan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan dr. Cipto Mangunkusumo sebagai wakil ketua. Ketiga tokoh tersebut kemudian dikenal dengan "Tiga Serangkař. Adapun tujuan Indische Partij seperti yang termuat dalam anggaran dasar, adalah membangkitkan patriotisme Indiers terhadap tanah air, juga untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan cara-cara sebagai berikut.

1) Memelihara nasionalisme dengan cara meresapkan cita-cita kesatuan bangsa Indonesia.

2) Memberantas rasa kesombongan rasial.

3) Memberantas usaha-usaha untuk membangkitkan kebencian antaragama.

4) Berusaha mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Indonesia (Hindia).

5) Memperbesar pengaruh pro-Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.

6) Memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat Indonesia.

c. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan yang ingin dicapai adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama, memajukan pengertian ilmu agama, dan hidup menurut peraturan agama. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang bergerak di berbagai bidang kehidupan. Cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah mendirikan, memelihara, menyokong sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam, mendirikan, dan memelihara masjid dan langgar, dan sebagainya.

d. Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya atas prakarsa KH. Hasyim Asy'an dari Pesantren Tebu Ireng dan KH. Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan yang ingin dicapai oleh NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan ahlusunah wal jamaah dengan menganut mazhab (Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hambali). Guna mencapai tujuannya, NU bergerak dalam berbagai bidang kehidupan umat, yakni agama, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

e. Partai Komunis Indonesia

Partai Komunis Indonesia (PKI) berdiri pada 23 Mei 1920. Berdininva marxisme yang dibawa oleh Sneevlet la bersama Brandsteder Dell Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914

f. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari Studie Club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun kolonial Belanda. Rapat pendirian partai tersebut dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokroadisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo.

g. Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia)

Indische Vereeniging didirikan tahun 1908 atas prakarsa Soetan Kasayangan dan Noto Soeroto. Tujuan utamanya ialah mengadakan pesta dansa dan pidato-pidato. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk pada 1913, mulailah organisasi ini memikirkan masa depan Indonesia. Mulai menyadari akan pentingnya organisasi bagi bangsa Indonesia, organisasi ini kemudian memasuki kancah politik.

Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua (1923), organisasi ini mulai menyebarkan ide nonkooperasi, yakni berjuang demi kemerdekaan tanpa kerja sama dengan Belanda. Saat Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua (1924), majalah Hindia Poetra yang diterbitkan organisasi berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Saat dipimpini Soekiman Wirjosandjojo (1925), nama organisasi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Adapun saat dipimpin Mohammad Hatta (1926), Perhimpunan Indonesia lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar di media massa. Tokoh-tokoh penting dan terkemuka yang pernah menjadi anggota organisasi ini, antara lain, Soetomo, Sutan Syahrir, Soenario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul Madjid, Gunawan Mangunkusumo, dan R.M. Sartono.

h. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Tekanan pemerintahan kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu federasi tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat pendirian Concentrasi Nasional yang diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah federasi baru. Yang menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik. Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan nasib bangsa sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.

i. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya didirikan dengan tujuan meraih Indonesia yang mulia dan sempurna namun memang sedikit menyimpang dari partai politik seperjuangannya. Hal ini dapat dimaklumi karena Parindra berdiri dengan bergabungnya beberapa organisasi nonpolitik dari masyarakat pelajar. Di antaranya adalah Serikat Ambon, Serikat Celebes, beberapa serikat pemuda lain dari wilayah di Indonesia. Parindra menggerakkan organisasinya dengan cara mendirikan kelompokkelompok berdasar kepentingan yang tetap akan dipantau oleh pemerintah Belanda.

j. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerakan Rakyat Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937. Tokoh-tokoh partai tersebut adalah para pemimpin Partindo yang dibubarkan pada tanggal 18 November 1936. Mereka adalah Mr. Sartono, Mr. Amir Syarifudin, Dr. A.K. Gani, dan Mr. Moh. Yamin. Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Dalam waktu singkat, partai ini berkembang dengan cepat dan memperoleh posisi yang kuat sebagai partai yang berhaluan nasional antifasis. Dengan menggunakan taktik kooperasi, Gerindo melakukan aksi perjuangannya. Perkembangan Gerindo selalu diawasi pemerintah kolonial Belanda, dan pada saat Jepang masuk ke Indonesia partai ini dibubarkan.

3. Tokoh-Tokoh Kebangkitan Nasional

Tokoh Kebangkitan NasionalTokoh Kebangkitan Nasional

a. Wahidin Sudirohusodo

Dokter Wahidin Sudirohusodo adalah tokoh pencetus ide pendirian Budi Utomo. la lahir pada 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman, Yogyakarta, dan wafat pada 26 Mei 1917 di tempat yang sama. Tahun 1895 bersama rekan-rekannya mendirikan koran Retno Dumilah di Yogyakarta. Setelah bertemu dengan Soetomo, berpadulah gagasan mereka berdua yang teraktualisasi dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

mahasiswa Pada awal abad XX. anak-anak Indonesia mengalami kekurangan dana untuk belajar. Hal ini menimbulkan keprihatinan Wahidin sehingga ia tergerak melakukan penghimpunan dana dan pada tahun 1906-1907 melakukan perjalanan keliling Jawa untuk menganjurkan perlunya perluasan pengajaran sebagai salah satu langkah untuk memajukan kehidupan rakyat. Pada tahun 1907 ia sampai di Jakarta dan bertemu dengan para STOVIA (Sekolah Dokter Pribumi). Di situlah Wahidin bertemu dengan Soetomo dan berbincang-bincang tentang nasib rakyat yang masih kurang mendapat perhatian dalam bidang pendidikan. Sejak itu tumbuh pemikiran dalam diri Soetomo untuk melanjutkan ide Wahidin Sudirohusodo. Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan organisasi.

Wahidin Sudirohusodo adalah salah satu pelopor pergerakan nasional; melalui idenya, berdirilah Boedi Utomo. Gagasan penting yang mewarnai perjuangan pergerakan nasional adalah memprakarsai organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. la juga mengemukakan gagasan tentang strategi perjuangan kemerdekaan dengan mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui pendidikan, mengabdikan pengetahuannya sebagai dokter yang memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat, serta memperluas pendidikan dan pengajaran serta memupuk kesadaran kebangsaan. 

b. Soetomo

Dokter Soetomo lahir di Desa Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, pada 30 Juli 1888, Saat belajar di STOVIA, ia sering bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar lain tentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan, pada tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama di Indonesia. Soetomo diangkat menjadi ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Soetomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, kemudian dipindah ke Tuban. Dari Tuban dipindahkan ke Lubuk Pakam (Sumatra Timur) dan akhirnya ke Malang. Waktu bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. la makin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka.

Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931, ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanantekanan dari pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional makin keras. Karena itu, pada bulan Desember 1935, Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Soetomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka. Soetomo juga aktif dalam kewartawanan dan memimpin beberapa surat kabar. la wafat di Surabaya pada 30 Mei 1938 dan dimakamkan di Kota Pahlawan itu.

c. Cipto Mangunkusumo

Dokter Cipto Mangunkusumo dilahirkan di Desa Pecagakan, Jepara. Ia adalah putra tertua dan Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa yang bekerja sebagai guru. Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto dinilai sebagai pribadi yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. Ia membuat tulisan-tulisan pedas mengkritik Belanda di harian De locomotive dan Bataviaasch Nieuwsblad sejak tahun 1907. Setelah lulus dari STOVIA, ia bekerja sebagai dokter pemerintah kolonial Belanda yang ditugaskan di Demak. Sikapnya yang tetap kritis melalui berbagai tulisan membuatnya kehilangan pekerjaan.

Cipto Mangunkusumo menyambut baik kehadiran Budi Utomo. Ia menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia. Hal ini menimbulkan perbedaan antara dirinya dan pengurus Budi Utomo lainnya. Cipto Mangunkusumo lalu mengundurkan diri dan membuka praktik dokter di Solo, ia pun mendirikan R.A. Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat.

la kemudian bertemu Douwes Dekker dan bersama Suwardi Suryaningrat mereka mendirikan Indische Partij pada tahun 1912. Cipto selanjutnya pindah ke Bandung dan aktif menulis di harian De Express. Menjelang perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi mendirikan Komite Bumi Putera sebagai reaksi atas rencana Belanda merayakannya di Indonesia.

Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika harian De Express menerbitkan artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul "Als ik een Nederlander Was" (Andaikan Saya Seorang Belanda). Cipto kemudian menulis artikel yang mendukung Suwardi keesokan harinya. Akibatnya, 30 Juli 1913 Cipto Mangunkusumo dan Suwardi dipenjara. Melihat kedua rekannya dipenjara, Douwes Dekker menulis artikel di De Express yang menyatakan bahwa keduanya adalah pahlawan. Pada 18 Agustus 1913, Cipto Mangunkusumo bersama Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker dibuang ke Belanda.

Selama di Belanda, kehadiran mereka membawa perubahan besar terhadap Indische Vereeniging, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda yang semula bersifat sosial menjadi lebih politis. Oleh karena alasan kesehatan, pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo diperbolehkan kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan Insulinde. Pada 9 Juni 1919, Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP).

Pada tahun 1918, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat). Cipto Mangunkusumo terpilih sebagai salah satu anggota oleh gubernur jenderal Hindia Belanda mewakili tokoh yang kritis. Sebagai anggota Volksraad, sikap Cipto Mangunkusumo tidak berubah. Melihat kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 mengusir Cipto Mangunkusumo ke luar Jawa. Cipto kemudian dibuang lagi ke Bandung dan dikenakan tahanan kota. Selama tinggal di Bandung, Cipto Mangunkusumo kembali membuka praktik dokter. Di Bandung pula Cipto Mangunkusumo bertemu dengan kaum nasionaliş yang lebih muda, seperti Soekarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene Studie Club. Pada tahun 1927 Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi dalam Algemeene Studie Club dan PNI, Cipto tetap diakui sebagai penyumbang pemikiran bagi generasi muda, termasuk oleh Soekarno.

Pada tahun 1927, Belanda menganggap Cipto Mangunkusumo terlibat dalam upaya sabotase sehingga membuangnya ke Banda Neira. Dalam pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Ketika Cipto Mangunkusumo diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa untuk berobat dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda. Cipto kemudian dipindahkan ke Makassar, lalu ke Sukabumi pada tahun 1940. Udara Sukabumi yang dingin ternyata tidak baik bagi kesehatannya sehingga dipindahkan lagi ke Jakarta hingga ia wafat pada 8 Maret 1943.

d. HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai salah satu pejuang yang berani melawan pemerintah kolonial Belanda. Ia kerap menyampaikan pidato untuk memacu semangat patriotisme bangsa Indonesia dan gemar menuliskan kritik keras kepada pemerintah Belanda. Karena aksinya tersebut, Tjokroaminoto pun dianggap sebagai ancaman oleh Belanda.

Selanjutnya, Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia dan turut mencetuskan ide-ide politik. Pada 1911, Haji Samanhudi mendirikan sebuah organisasi politik Islam bernama Sarekat Dagang Islam, yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI). Tjokroaminoto diminta untuk bergabung ke dalam organisasi ini. Awalnya, ia berperan sebagai komisaris, tetapi ia kemudian dipilih untuk menjadi ketua organisasi.

Semasa kepemimpinannya, SI tumbuh menjadi organisasi yang besar.

e. Douwes Dekker

Douwes Dekker dikenal sebagai tokoh indo (keturunan Indonesia-Belanda), yang merintis nasionalisme dengan mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912. Alasan Dekker mendukung rakyat pribumi adalah karena ia melihat penindasan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia. Sebagai bentuk dukungannya terhadap Indonesia, Douwes Dekker mendirikan Indische Partij bersama dua rekan lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, atau biasa disebut Tiga Serangkai.

Indische Partij, yang mendapat respons positif dari keturunan indo, pribumi, maupun Tionghoa, dianggap mengganggu keamanan oleh Belanda, sehingga dibubarkan pada 4 Maret 1913.

f. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara)

Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, dan De Express Oetoesan Hindia. Ki Hajar Dewantara bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada 1912.

Setelah itu, peran tokoh kebangkitan nasional ini adalah aktif menuliskan beberapa kritik keras terhadap Belanda. Salah satu kritik Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah tulisan berjudul Als ik een Nederlander was, yang berarti "Seandainya Saya Seorang Belanda."

Kemudian ada juga tulisan lain yang bertajuk Een voor Allen maar Ook Aleen voor Een, yang berarti "Satu untuk Semua, Tapi Semua untuk Satu Juga."

4. Arti dan Makna Kebangkitan Nasional bagi Bangsa Indonesia.

a. Arti Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional memiliki arti sebagai berikut.

1) Perubahan besar yang dimulai oleh satu orang

Kebangkitan Nasional dimulai oleh tokoh bernama dr. Wahidin Sudirohusodo, yang. merupakan leluhur kita, putra bangsa, dan pahlawan nasional. Pada waktu itu Wahidin Sudirohusodo tidak tinggal diam dan ingin membuat perubahan pada bangsanya; cita-cita beliau pun menyebar di kalangan mahasiswa kedokteran pada zaman itu yang merupakan asal muasal dari kemunculan Budi Utomo.

2) Dorongan untuk bangkit yang dibentuk oleh rasa cinta Wahidin Sudirohusodo yang didorong oleh rasa cintanya terhadap masyarakat Indonesia yang menderita, membuatnya bangkit melakukan sesuatu untuk masyarakat dan bangsa. ini. Pada akhirnya beliau membentuk perkumpulan untuk anak-anak yang tidak bersekolah tetapi memiliki kepandaian, karena beliau sadar bahwa pendidikan itu penting bagi kemajuan Indonesia.

3) Cita-cita luhur yang harus disebarkan

Wahidin Sudirohusodo bekerja keras untuk menyebarkan cita-citanya yang luhur, dan kemudian mendapat sambutan yang baik dari siswa Sekolah Kedokteran di Jawa khususnya daerah Jakarta (STOVIA). Adapun para siswa itu adalah Gunawan Mangunkusumo, Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan teman-temannya yang lain.

4) Mahasiswa memberikan dampak yang besar

Golongan yang membidani Kebangkitan Nasional adalah para mahasiswa. Mari kita bercermin pada Soetomo, Gunawan Mangkukusumo, dan Cipto Mangunkusumo yang saat itu belum menjadi dokter, dan tidak lain berstatus sebagai mahasiswa; mereka berhasil mendirikan Budi Utomo sebagai simbol Kebangkitan Nasional.

b. Makna Kebangkitan Nasional

Makna Kebangkitan Nasional adalah kebangkitan Indonesia di segala bidang, seluruh aspek kehidupan, baik dari sisi pendidikan, ekonomi, mental, sosial dan budaya, serta banyak hal lainnya yang mendukung untuk tercapainya kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Refleksi historis di atas menunjukkan bahwa para pemuda di wilayah Nusantara ini berjuang menyatukan tekad bangkit dari keadaan sebagai negeri terjajah, menuju kemerdekaan. Saat ini simbol Kebangkitan Nasional ialah bebas merdeka dari kemiskinan dan kebodohan. Salah satu indikator krusial dari suatu bangsa untuk mencapai kemajuan ialah kualitas talenta yang dimilikinya. Hal tersebut telah dibuktikan pada negara yang miskin sumber daya alam, namun surplus talenta sumber daya manusia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Untuk membangun manusia Indonesia yang memiliki talenta unggul merupakan tantangan yang menarik. Kita memaknai Kebangkitan Nasional dengan bangkit mencapai prestasi yang gemilang, mengasah talenta dengan bekerja keras, memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan diri, atau prestasi yang sudah ada. Kebangkitan Nasional ini hendaknya juga berarti bertambahnya kemampuan mengelola keragaman suku, bangsa, agama. dan ras di tengah proses regionalisasi dan desentralisasi Indonesia sehingga persatuan dan kesatuan NKRI Kebangkitan Nasional mulai di sini, setiap hari, mulai dari diri-sendiri bergerak ke lingkungan masyarakat dan dimulai dari tindakan nyata kecil sampai tindakan besar.


Sumber : Dikutip dari berbagai sumber

 

Ditulis oleh :


Uwais Nur Alifaturachman

Uwais Nur Alifaturachman

follow IG : unaa_lif

Artikel Terbaru


Paling Banyak Dibaca



Media Pendidikan Terbaru


Fitur Baru di tamanpustaka.com

Dapatkan Media Pembelajaran dan Aplikasi Pendukung Administrasi Sekolah Secara GRATIS.

Artikel Terbaru Lainnya

Temukan pilihan artikel terbaru lainnya yang telah kami siapkan khusus untuk Anda. Temukan beragam topik menarik, inspirasi, dan informasi terkini yang sayang untuk dilewatkan!

Temukan dan Ikuti Kami 

Terhubung lebih dekat dengan kami melalui media sosial! Dapatkan update terkini, informasi menarik, dan konten eksklusif langsung di feed Anda. Ikuti kami di semua platform favorit Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami!

Tentang tamanpustaka.com

tamanpustaka.com menyajikan materi pelajaran, pengetahuan umum, serta media pembelajaran lengkap dengan gambar dan video untuk siswa hingga masyarakat umum.