TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Cara Merancang Pembelajaran Dan Asesmen Yang Bermakna Sesuai Panduan Kurikulum 2025
24 - Juli - 2025 100 Share :Panduan praktis perencanaan pembelajaran dan asesmen sesuai Kurikulum 2025. Cocok untuk guru SD, SMP, dan SMA.

Pernah merasa RPP yang kita buat lebih cocok jadi formalitas daripada panduan mengajar? Nah, di era Kurikulum 2025, pendekatan seperti itu udah waktunya kita tinggalkan. Saatnya merancang perencanaan pembelajaran dan asesmen yang bukan cuma lengkap, tapi juga bermakna—buat murid dan guru. Artikel ini akan bantu kamu memahami langkah-langkahnya dengan bahasa yang ringan, praktis, dan bisa langsung dipakai. Cocok untuk guru, kepala sekolah, pegiat pendidikan, bahkan siswa yang pengin tahu cara kerja guru di balik layar.
Apa Itu Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen?
Di dunia pendidikan, perencanaan itu ibarat kompas buat guru. Tanpa perencanaan yang jelas, bisa-bisa kita muter-muter di kelas tanpa arah. Tapi tenang, kamu nggak sendiri kok! Banyak guru juga sedang belajar merancang pembelajaran yang nggak cuma rapi di kertas, tapi juga hidup di kelas.
Nah, perencanaan pembelajaran dan asesmen itu bukan sekadar memenuhi kewajiban administrasi. Justru ini adalah proses kreatif dan reflektif yang membantu guru membayangkan dan merancang perjalanan belajar murid dari awal hingga akhir.
- Perencanaan pembelajaran adalah proses menyusun rangkaian kegiatan belajar yang terstruktur, sesuai capaian pembelajaran, dan disesuaikan dengan karakteristik murid.
- Perencanaan asesmen adalah proses merancang alat ukur dan strategi untuk memahami perkembangan belajar murid, bukan sekadar memberi nilai di akhir.
Dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen dari Kemendikbud, dijelaskan bahwa proses ini harus mempertimbangkan:
- Capaian Pembelajaran (CP) yang ingin dicapai di fase tertentu
- Tujuan Pembelajaran (TP) yang diturunkan dari CP, agar pembelajaran lebih fokus
- Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang menggambarkan sejauh mana murid sudah menguasai materi
- Profil Pelajar Pancasila sebagai nilai inti yang diintegrasikan dalam proses belajar
Jadi, perencanaan itu bukan urusan dokumen doang. Ini tentang memikirkan bagaimana murid bisa berkembang secara utuh—bukan cuma dari sisi akademik, tapi juga cara berpikir, bersikap, dan berkolaborasi.
Asesmen pun jangan dianggap horor. Ia justru jadi alat guru untuk memahami sejauh mana murid sudah belajar. Bisa lewat pertanyaan reflektif, jurnal harian, proyek kelompok, bahkan kuis-kuis kecil yang menyenangkan.
Kalau dirancang dengan niat dan empati, perencanaan pembelajaran dan asesmen bisa bikin kelas terasa lebih hidup, penuh makna, dan—nggak kalah penting—bikin guru dan murid sama-sama bahagia. Karena belajar yang menyenangkan itu bukan mitos, tapi bisa dimulai dari perencanaan yang bermakna.
Kenapa Perencanaan Itu Penting dalam Kurikulum 2025?
Pernah merasa udah ngajar capek-capek, tapi murid masih bingung sama tujuan belajarnya? Nah, itulah kenapa perencanaan dalam Kurikulum 2025 itu bukan sekadar formalitas—tapi kebutuhan. Kurikulum ini membawa semangat pembelajaran yang bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan. Artinya, bukan lagi ngejar tuntas materi doang, tapi ngajak murid tumbuh secara utuh—ilmu, karakter, dan semangat belajarnya.
Nah, biar pembelajaran kayak gitu bisa terwujud, dibutuhkan perencanaan yang matang dan asesmen yang relevan. Ibaratnya kayak mau masak: kalau nggak tahu resep dan nggak nyiapin bahan, hasilnya bisa zonk. Gitu juga di kelas—tanpa arah, ya hasil belajarnya bisa hambar.
Di dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen 2025, dijelaskan bahwa perencanaan adalah bagian tak terpisahkan dari strategi mengajar yang berpihak pada murid. Bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tapi juga bagaimana menyampaikannya dengan cara yang memantik rasa ingin tahu, rasa percaya diri, dan rasa senang belajar.
Perencanaan yang Baik Itu...
- Membuat guru lebih siap dan percaya diri
Dengan perencanaan yang jelas, guru tahu arah pembelajaran dan bisa menyesuaikan strategi saat kondisi kelas berubah. Jadi nggak panik walau tiba-tiba LCD-nya mogok. - Membantu murid memahami proses belajarnya
Asesmen yang bermakna bisa menunjukkan ke murid: “Loh, ternyata aku udah bisa lho!” atau “Hmm, bagian ini masih perlu belajar lagi, ya.” Jadi murid lebih sadar diri dan reflektif. - Menjadikan tujuan belajar sebagai kompas
Bukan cuma sekadar kalimat di slide atau papan tulis, tujuan belajar jadi alat komunikasi antara guru dan murid: “Kita belajar ini karena...” Biar murid nggak merasa belajar itu tugas tanpa arah.
Intinya, perencanaan dan asesmen itu seperti peta dan kompas dalam petualangan belajar. Tanpa keduanya, kita bisa tersesat—dan murid pun kehilangan semangat. Tapi kalau dirancang dengan hati, belajar bisa jadi pengalaman yang seru dan bermakna, bahkan buat murid yang awalnya suka bilang, “Ini pelajaran buat apa sih, Bu?”
Langkah-Langkah Perencanaan yang Bermakna
Yuk, kita bahas langkah-langkah perencanaan pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2025. Jangan khawatir, ini bukan resep yang harus persis 100% kamu ikuti. Justru fleksibilitas jadi kunci—karena setiap kelas punya "warna" dan kebutuhan yang berbeda. Tapi tetap, ada benang merah yang bisa kamu jadikan panduan.
Dalam dokumen resmi Kemendikbud, guru diberi kebebasan untuk menyusun rencana belajar yang berpihak pada murid. Tapi agar tetap terarah, disusunlah alur lima langkah inti berikut. Bayangin ini seperti merancang petualangan belajar—kamu sebagai pemandunya!
- Tentukan Capaian Pembelajaran (CP)
Ini adalah titik tujuan utama. Ibarat naik gunung, CP itu puncaknya. Di Kurikulum 2025, CP dirancang berbasis fase, bukan per kelas. Jadi kamu bisa menyesuaikan pencapaian sesuai kebutuhan dan kemampuan murid—bukan sekadar ngejar target tahunan. Dan yes, kamu boleh fleksibel! - Turunkan Tujuan Pembelajaran (TP)
Nah, kalau CP adalah puncaknya, TP adalah pos-pos pemberhentian sepanjang perjalanan. Ini semacam milestone yang menuntun murid dari satu pemahaman ke pemahaman berikutnya. Dalam praktiknya, TP bisa kamu buat per minggu, per topik, atau sesuai ritme kelasmu. - Susun Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
KKTP penting banget supaya guru dan murid sama-sama tahu: “Sudah sampai belum, ya?” Indikator ini bisa berupa pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap yang terlihat selama proses belajar. Dan ingat, asesmen bukan cuma soal angka—kadang justru dari proses diskusi, kita bisa melihat banyak hal. - Rancang Kegiatan Belajar
Nah ini bagian paling seru. Gunakan pendekatan yang bikin murid aktif, terlibat, dan tertantang. Bisa dengan diskusi kelompok, studi kasus, proyek mini, roleplay, bahkan simulasi. Pastikan kegiatan ini nyambung dengan TP dan bikin murid merasa, “Wah, belajar itu seru juga ya!” ???? - Siapkan Asesmen
Jangan tunggu akhir unit buat menilai. Gunakan asesmen formatif selama proses belajar—seperti pertanyaan reflektif, jurnal belajar, atau kuis ringan. Untuk asesmen sumatif, bisa kamu buat dalam bentuk proyek, portofolio, atau presentasi—yang penting sesuai tujuan dan karakteristik murid.
Perencanaan ini bukan dokumen satu arah. Ini adalah ruang refleksi guru untuk menyusun strategi belajar yang adil, adaptif, dan menyenangkan. Jadi jangan takut buat eksplorasi! Kalau kamu ingin menyusun tujuan pembelajaran yang lebih tajam dan bertingkat, kamu bisa pelajari Taksonomi Bloom dan SOLO. Dua kerangka ini bisa bantu kamu menyesuaikan pendekatan berpikir murid—dari sekadar mengingat, hingga mampu mencipta dan menganalisis.
Intinya, dengan lima langkah ini, kamu nggak cuma punya pegangan, tapi juga ruang untuk jadi kreatif. Karena perencanaan yang baik, bukan yang rumit—tapi yang bermakna buat semua yang terlibat.
Contoh Asesmen Formatif dan Sumatif di Kelas
Dengar kata "asesmen", yang kebayang pasti langsung ujian dan nilai ya? Padahal, di Kurikulum 2025, asesmen itu udah naik kelas lho! Bukan lagi sekadar ujian tulis atau pilihan ganda, tapi cara untuk memahami proses berpikir dan perkembangan belajar murid secara lebih manusiawi.
Asesmen sekarang dipandang sebagai bagian penting dari pembelajaran, bukan kegiatan terpisah di akhir topik. Ia bisa hadir secara terus-menerus, membantu guru memberi umpan balik, dan membuat murid lebih reflektif terhadap pembelajarannya sendiri.
Asesmen Formatif: Teman Belajar Sehari-hari
Asesmen formatif adalah asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuannya bukan untuk “menilai”, tapi untuk “memahami” bagaimana murid sedang belajar, dan menyesuaikan strategi pembelajaran bila perlu. Ibarat GPS, formatif itu bantu kita ngecek: “Masih di jalur, atau perlu belok dikit?”
- Diskusi kelompok dengan pertanyaan terbuka, bukan yang hanya "ya/tidak".
- Jurnal refleksi harian atau mingguan, tempat murid menulis pemahaman dan tantangannya.
- Mind map atau poster untuk merangkum informasi dengan gaya visual.
- Video presentasi singkat atau vlog belajar: bikin seru, bikin pede!
- Kartu pertanyaan sebagai starter diskusi di awal atau akhir pelajaran.
Asesmen Sumatif: Refleksi di Titik Akhir
Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan di akhir suatu unit/topik. Tapi jangan salah, sumatif bukan berarti harus kaku dan membosankan. Justru kita bisa eksplorasi banyak bentuk asesmen sumatif yang kontekstual dan mendalam.
- Tes tertulis berbasis proyek, misalnya esai yang menjawab kasus nyata.
- Portofolio tugas akhir, kumpulan karya murid selama satu tema pembelajaran.
- Drama pendek atau monolog untuk pelajaran bahasa/seni, sebagai bentuk ekspresi pemahaman.
- Kuis daring berbasis pemahaman, bukan sekadar hafalan (bisa pakai Kahoot!, Quizizz, dst).
- Pameran hasil karya di kelas atau sekolah, bikin belajar terasa nyata dan diapresiasi.
Oh iya, satu hal penting yang nggak boleh dilupakan: asesmen harus selalu selaras dengan tujuan pembelajaran. Jadi jangan sampai murid diminta membuat puisi di kelas, tapi nanti ditesnya malah pakai pilihan ganda tentang rumus!
Dengan asesmen yang dirancang bermakna, guru bisa membaca proses berpikir murid, memberi umpan balik yang membangun, dan tentu saja—membangun budaya belajar yang sehat dan menyenangkan.
Jadi, yuk mulai eksplor bentuk-bentuk asesmen yang menyenangkan, menantang, dan bikin murid merasa dihargai dalam proses belajarnya. Karena belajar itu bukan lomba cepat-cepatan, tapi perjalanan penuh makna.
Refleksi dan Penutup
Perencanaan pembelajaran dan asesmen yang bermakna sebenarnya bukan soal rumit-rumitan, kok. Justru semakin kita paham prinsip dasarnya—seperti berpihak pada murid, fleksibel, dan kontekstual—semuanya terasa lebih masuk akal dan menyenangkan.
Di Kurikulum 2025 ini, guru tidak lagi “terikat” oleh format kaku. Justru kita diberi kepercayaan profesional untuk merancang pembelajaran yang relevan dan berdampak. Ini saatnya kita keluar dari “mode default” dan mulai eksplorasi cara-cara baru dalam mengajar dan menilai.
Jangan takut mencoba, dan jangan takut salah. Yang penting, kita terus bergerak dan reflektif. Kalau satu strategi belum berhasil, bukan berarti gagal—itu artinya kita belajar. Ingat, guru juga manusia (yang butuh kopi dan validasi).
Kalau kamu merasa artikel ini membuka wawasan atau bikin semangat ngajar jadi nyala lagi, yuk bantu sebarkan! Klik tombol share ke rekan guru di grup WA, komunitas MGMP, atau bahkan ke calon guru masa depan di kampus pendidikan. Siapa tahu dari satu klik, bisa lahir banyak perubahan kecil yang berdampak besar.
Dan kalau kamu punya cerita seru, refleksi pribadi, atau praktik mengajar yang unik di kelasmu—jangan disimpan sendiri. Tulis, rekam, atau bagikan. Karena pendidikan Indonesia butuh inspirasi dari guru-guru hebat seperti kamu.
Akhir kata, mari terus belajar, terus mencoba, dan terus berbagi. Karena guru yang baik bukan yang tahu segalanya, tapi yang tak pernah berhenti belajar.

Aristo Bharata
Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso