TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Growth Mindset: Pola Pikir Bertumbuh Untuk Guru Dan Murid
26 - Juni - 2025 69 Share :Panduan praktis growth mindset untuk guru dan murid. Pelajari pola pikir bertumbuh dari Modul 1 Pembelajaran Mendalam.

Pernah merasa stuck saat mengajar karena murid sulit memahami, atau merasa “mereka memang begitu”? Bisa jadi kita terjebak dalam fixed mindset. Untungnya, growth mindset dari Modul 1 bisa membantumu berubah dan tumbuh bersama murid!
Apa Itu Growth Mindset?
Growth mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kecerdasan, kemampuan, dan keterampilan seseorang dapat terus berkembang melalui proses belajar, usaha yang konsisten, refleksi diri, dan keberanian menghadapi tantangan. Orang dengan growth mindset tidak menyerah saat gagal, justru melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Carol S. Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, melalui penelitiannya selama lebih dari 30 tahun. Dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, Dweck menjelaskan bagaimana keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri berpengaruh besar terhadap prestasi akademik dan motivasi jangka panjang. Ia membedakan antara dua jenis pola pikir utama: fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir bertumbuh).
Dalam konteks pendidikan, growth mindset telah terbukti secara ilmiah berdampak positif terhadap ketahanan belajar (resilience), motivasi murid, dan pencapaian akademik. Banyak sekolah di berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai mengintegrasikan pendekatan ini dalam pelatihan guru, asesmen formatif, serta pembelajaran sosial-emosional di kelas.
Sebagai praktisi pendidikan, pengalaman kami menunjukkan bahwa murid yang dibimbing dengan pendekatan growth mindset lebih terbuka terhadap masukan, tidak cepat menyerah, dan memiliki kepercayaan diri yang lebih stabil. Guru pun menjadi lebih reflektif, berani mencoba pendekatan baru, dan mampu membangun budaya belajar yang sehat di kelas.
Dengan kata lain, growth mindset bukan sekadar teori, tapi juga landasan yang sangat relevan dan aplikatif dalam Pembelajaran Mendalam. Ini menjadi salah satu nilai penting dalam Kurikulum Merdeka yang menempatkan murid sebagai subjek aktif dalam proses belajarnya.
Mengapa Growth Mindset Penting untuk Guru?
Dalam pendekatan Kurikulum Merdeka, peran guru tidak lagi sebatas penyampai materi, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing, memotivasi, dan mengembangkan potensi murid secara utuh. Pola pikir guru akan sangat memengaruhi cara ia mengajar dan membangun hubungan dengan murid. Inilah sebabnya growth mindset menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh setiap pendidik.
Dengan growth mindset, guru percaya bahwa setiap murid dapat berkembang—terlepas dari latar belakang, kemampuan awal, atau tantangan yang mereka hadapi. Pola pikir ini mengubah cara guru merespons proses belajar, bukan hanya hasil akhir.
- Lebih sabar menghadapi murid yang mengalami kesulitan belajar: Guru dengan growth mindset memahami bahwa setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda. Mereka tidak buru-buru menyimpulkan bahwa murid “tidak bisa”, melainkan mencari cara untuk membantu prosesnya.
- Berani mendorong murid mencoba hal baru tanpa takut gagal: Guru yang bertumbuh tidak hanya mengajar soal benar dan salah, tapi membiasakan murid untuk berani mengambil risiko intelektual, bereksperimen, dan belajar dari kesalahan.
- Membangun ruang kelas yang aman dan suportif: Ketika guru menunjukkan empati dan keterbukaan terhadap kegagalan, murid pun merasa nyaman untuk jujur, aktif, dan berkembang.
- Lebih reflektif dalam praktik mengajar: Guru dengan growth mindset terbuka terhadap umpan balik, berani mengevaluasi diri, dan terus belajar demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut laporan dari UNESCO dan OECD, sekolah-sekolah di negara dengan budaya growth mindset cenderung menunjukkan hasil akademik yang lebih tinggi dan ketahanan belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh budaya pembelajaran yang fokus pada proses, kolaborasi, dan kepercayaan pada potensi anak.
Pengalaman kami mendampingi guru-guru di berbagai daerah juga menunjukkan bahwa perubahan cara berpikir guru berdampak langsung pada kualitas interaksi di kelas. Murid merasa dihargai, tidak takut salah, dan lebih termotivasi untuk belajar karena gurunya juga terus belajar.
Dengan kata lain, membangun growth mindset bukan hanya investasi untuk diri sendiri sebagai pendidik, tetapi juga fondasi untuk menumbuhkan generasi yang tangguh, reflektif, dan siap menghadapi perubahan zaman.
Ciri-Ciri Guru dengan Growth Mindset
Guru yang memiliki growth mindset menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan keyakinan bahwa setiap murid (dan dirinya sendiri) bisa berkembang melalui proses belajar yang terus-menerus. Pola pikir ini bukan sekadar niat baik, tapi terlihat nyata dalam cara guru menghadapi tantangan, kegagalan, dan perubahan dalam proses pembelajaran.
Berikut ini beberapa ciri yang biasanya tampak pada guru dengan pola pikir bertumbuh:
- Menerima tantangan sebagai peluang belajar: Guru tidak takut mencoba pendekatan baru meski hasilnya belum pasti. Mereka melihat tantangan sebagai cara untuk berkembang, bukan sebagai ancaman terhadap reputasi atau keahliannya.
- Tidak mudah menyerah saat menghadapi hambatan: Ketika strategi pembelajaran tidak berjalan lancar, guru dengan growth mindset tidak langsung menyalahkan murid atau sistem. Sebaliknya, mereka mengevaluasi dan mencoba pendekatan lain yang lebih sesuai.
- Terbuka terhadap kritik dan umpan balik: Guru melihat kritik bukan sebagai serangan pribadi, tapi sebagai bahan refleksi. Bahkan komentar dari murid atau rekan sejawat bisa menjadi masukan penting untuk memperbaiki metode mengajar.
- Terinspirasi oleh keberhasilan orang lain: Alih-alih merasa tersaingi, guru growth mindset merasa termotivasi ketika melihat rekan atau murid berhasil. Mereka belajar dari praktik baik orang lain dan berbagi ilmunya tanpa takut kehilangan posisi atau pengakuan.
- Konsisten melakukan refleksi diri: Mereka terbiasa mengevaluasi pembelajaran harian, mempertanyakan apa yang berhasil dan apa yang bisa diperbaiki, lalu berani mengubah pendekatannya sesuai kebutuhan murid.
- Berani mengakui bahwa mereka juga terus belajar: Guru tidak memposisikan diri sebagai sumber kebenaran mutlak, melainkan sebagai pembelajar sepanjang hayat yang terus memperbaiki diri bersama murid-muridnya.
Berbeda dengan fixed mindset, guru yang merasa harus selalu terlihat "sempurna" cenderung menghindari tantangan, enggan mengakui kesalahan, dan mudah menyerah saat menghadapi situasi sulit. Mereka lebih fokus mempertahankan citra diri daripada mendorong proses belajar.
Penting untuk diingat: growth mindset bukan sifat bawaan, tapi sesuatu yang bisa dibangun melalui pengalaman, pelatihan, dan refleksi terus-menerus. Guru yang tumbuh adalah guru yang membuka ruang bagi pertumbuhan dirinya dan murid-muridnya.
Cara Menumbuhkan Growth Mindset di Kelas
Menumbuhkan growth mindset di kelas bukan hanya soal mengubah ucapan, tapi juga mengubah cara pandang, budaya belajar, dan relasi guru-murid. Modul 1 Pembelajaran Mendalam memberikan panduan praktis dan reflektif untuk mewujudkannya secara bertahap. Berikut langkah-langkah yang bisa langsung diterapkan guru di berbagai jenjang:
- Gunakan “The Power of Yet”
Ajarkan murid bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Ubah kalimat seperti “Saya tidak bisa” menjadi “Saya belum bisa”. Kata “belum” memberi harapan dan ruang untuk berkembang. Contoh di kelas: “Kamu belum menguasai materi ini sekarang, tapi kita bisa belajar bareng sampai bisa.” - Fokus pada proses, bukan hanya hasil
Saat memberi pujian, berikan apresiasi pada usaha, strategi, dan ketekunan, bukan sekadar nilai atau hasil akhir. Misalnya: “Kamu pasti sudah berlatih keras menulis cerita ini, keliatan dari alurnya yang rapi.” Hal ini membantu murid membangun kepercayaan diri berdasarkan upaya, bukan bakat semata. - Normalisasikan kesalahan sebagai bagian dari proses belajar
Ciptakan lingkungan kelas yang tidak menghukum murid saat mereka salah, tapi justru mengajak mereka mengeksplorasi apa yang bisa diperbaiki. Guru juga bisa memberi contoh dengan mengakui kesalahan sendiri di depan murid untuk menunjukkan bahwa semua orang terus belajar. - Sediakan ruang reflektif bagi guru dan murid
Jadwalkan sesi “renungan belajar” di akhir pekan atau bulan untuk membahas apa yang sudah dipelajari, tantangan yang dihadapi, dan pelajaran yang bisa dibawa ke depan. Refleksi bersama menciptakan budaya kelas yang sadar proses dan berorientasi perbaikan. - Gunakan strategi visual seperti poster atau jurnal perkembangan
Tempelkan kutipan motivasi, grafik kemajuan murid, atau jurnal pribadi di kelas sebagai pengingat bahwa pertumbuhan adalah perjalanan. Ini memperkuat pesan bahwa setiap murid sedang “menuju bisa” dengan caranya masing-masing.
Dari pengalaman kami dalam pelatihan guru dan observasi kelas di berbagai daerah, langkah-langkah kecil seperti ini mampu membangun perubahan besar. Ketika guru menunjukkan sikap terbuka, sabar, dan reflektif, murid pun akan meniru sikap serupa dalam belajar.
Lebih dari sekadar strategi, growth mindset adalah fondasi untuk menciptakan kelas yang penuh semangat, kolaboratif, dan berani mencoba hal baru. Dan kabar baiknya—setiap guru bisa memulainya, kapan pun, dari mana pun.
Penutup & Ajak Refleksi
Growth mindset bukan sekadar strategi pengajaran, tapi landasan berpikir yang mengubah cara kita memaknai peran sebagai guru. Ketika guru percaya bahwa kemampuan bisa diasah, potensi bisa dikembangkan, dan kegagalan adalah bagian dari proses belajar, maka ruang kelas berubah menjadi lingkungan yang menyemangati, bukan menakuti.
Murid yang belajar dari guru dengan growth mindset akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah, lebih kreatif, reflektif, dan berani menghadapi tantangan. Mereka belajar bahwa usaha lebih penting dari hasil instan, dan proses adalah bagian dari kesuksesan.
Sebagai pendidik, kita juga manusia yang terus belajar. Menumbuhkan growth mindset pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk menciptakan budaya belajar yang hidup di kelas. Mulailah dari hal kecil: cara memberi pujian, cara merespons kesalahan murid, atau bahkan cara kita berbicara pada diri sendiri saat menghadapi tantangan.
Refleksi untuk guru: Apakah hari ini saya memberi ruang bagi murid untuk gagal dan mencoba lagi? Apakah saya menunjukkan bahwa saya pun masih terus belajar?
Mari bagikan artikel ini kepada rekan guru, kepala sekolah, atau komunitas belajar Anda. Gunakan sebagai bahan diskusi di rapat, pelatihan, atau sesi refleksi bersama. Karena perubahan mindset tidak bisa dilakukan sendirian—ia tumbuh bersama dalam komunitas yang saling mendukung.
Kita tidak sedang membentuk murid yang sempurna, tapi membantu mereka bertumbuh dengan cara yang bermakna. Dan pertumbuhan itu, dimulai dari kita—para gurunya.

Aristo Bharata
Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso