TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Strategi Mengajar Orang Dewasa: Prinsip, Karakteristik, Dan Contoh Penerapan Andragogi
02 - Juli - 2025 65 Share :Pelajari strategi mengajar orang dewasa, prinsip andragogi, dan contoh metode pembelajaran orang dewasa yang efektif dan berbasis pengalaman.

Mengajar orang dewasa ternyata tidak sama dengan mengajar anak-anak. Orang dewasa punya cara berpikir, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda dalam belajar. Inilah yang disebut andragogi—pendekatan pembelajaran khusus untuk orang dewasa, yang dikembangkan oleh Malcolm Knowles. Artikel ini membahas prinsip, karakteristik, dan contoh strategi mengajar orang dewasa secara sederhana dan praktis.
Apa Itu Mengajar Orang Dewasa?
Mengajar orang dewasa bukan cuma soal berdiri di depan kelas dan menjelaskan. Ini lebih tentang bagaimana kita memfasilitasi proses belajar yang bermakna dan relevan bagi mereka. Kenapa? Karena orang dewasa biasanya belajar bukan untuk nilai, tapi untuk kebutuhan nyata dalam hidup mereka—entah itu pekerjaan, keluarga, atau pengembangan diri.
Sebagai fasilitator pelatihan yang sering berhadapan dengan peserta dewasa dari latar belakang berbeda, saya bisa bilang: mereka tidak suka digurui. Mereka ingin dihargai sebagai individu yang sudah punya pengalaman, pemikiran, dan cara pandang sendiri. Jadi, saat kita mengajar mereka, pendekatannya harus lebih setara, terbuka, dan penuh respek.
Orang dewasa cenderung lebih termotivasi kalau tahu mengapa mereka harus belajar sesuatu. Mereka suka dilibatkan dalam proses—misalnya melalui diskusi, studi kasus, atau refleksi pribadi. Mereka juga senang kalau pembelajaran menyentuh pengalaman hidup yang sudah mereka miliki. Itulah sebabnya strategi andragogi penting: karena ia fokus pada pembelajaran berbasis pengalaman dan kesadaran diri.
Jadi kalau kamu adalah guru, pelatih, atau fasilitator yang ingin berbagi ilmu kepada orang dewasa, mulailah dengan mengubah mindset: kamu bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Tugasmu adalah menjadi jembatan, pembuka ruang diskusi, dan penyemangat untuk proses belajar mereka. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai dan lebih mudah terlibat aktif.
Prinsip-Prinsip Andragogi
Kalau kamu pernah ikut pelatihan orang dewasa dan merasa bosan karena cuma disuruh duduk dan dengar, bisa jadi pelatihnya lupa satu hal penting: prinsip andragogi. Nah, menurut Malcolm Knowles—pakar utama dalam dunia pembelajaran orang dewasa—ada enam prinsip utama yang wajib dipahami sebelum mulai mengajar mereka.
Saya pribadi sudah beberapa kali memfasilitasi workshop untuk guru dan kepala sekolah. Dan benar saja, saat prinsip-prinsip ini diterapkan, suasana belajar jadi jauh lebih hidup, peserta lebih terlibat, dan pembelajaran jadi saling belajar, bukan satu arah.
- Kebutuhan untuk tahu: Orang dewasa gak mau belajar hal yang gak relevan. Mereka ingin tahu “kenapa saya harus belajar ini?”. Jadi pastikan kamu jelaskan dulu manfaatnya sebelum mulai.
- Pengalaman sebelumnya: Setiap orang dewasa datang dengan pengalaman hidup dan kerja yang beragam. Gunakan itu sebagai bahan diskusi. Biarkan mereka berbagi dan belajar satu sama lain—itu jauh lebih berkesan daripada sekadar teori.
- Kesiapan belajar: Mereka akan lebih antusias kalau merasa topik itu sedang mereka butuhkan. Jadi penting banget mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata, bukan sekadar kurikulum.
- Arah diri: Beri ruang bagi mereka untuk menentukan cara belajarnya. Orang dewasa suka dilibatkan dalam proses, bukan dikendalikan dari awal sampai akhir.
- Orientasi belajar: Teori boleh ada, tapi yang utama adalah bagaimana penerapannya dalam hidup atau kerja sehari-hari. Mereka belajar supaya bisa langsung digunakan, bukan buat ujian.
- Motivasi internal: Dorongan belajar orang dewasa biasanya datang dari keinginan untuk jadi lebih baik, lebih mandiri, atau lebih berdaya. Bukan karena takut dimarahi atau diberi nilai.
Kalau kamu bisa menggabungkan keenam prinsip ini dalam mengajar, besar kemungkinan kelasmu bakal jadi ruang belajar yang menyenangkan dan bermakna. Orang dewasa akan merasa dihargai, dilibatkan, dan itu akan mempercepat proses belajarnya. Andragogi bukan cuma teori keren, tapi fondasi agar proses pembelajaran benar-benar hidup.
Karakteristik Pembelajar Dewasa
Setiap kali kita mengajar orang dewasa, kita sebenarnya sedang berhadapan dengan pribadi yang sudah punya pandangan, pengalaman, dan harapan sendiri dalam belajar. Maka dari itu, pendekatannya tidak bisa disamakan dengan mengajar anak-anak. Kita perlu memahami karakter mereka agar proses belajar jadi lebih nyambung dan bermakna.
Berdasarkan pengalaman saya memfasilitasi pelatihan di berbagai komunitas guru dan tenaga pendidikan, inilah beberapa karakter khas yang sering muncul dari pembelajar dewasa:
- Suka belajar dari pengalaman nyata: Mereka lebih mudah memahami materi jika bisa dikaitkan dengan kisah hidup atau situasi sehari-hari. Misalnya, pelatihan manajemen kelas akan lebih nyantol kalau dikaitkan dengan pengalaman mengelola kelas ramai atau menghadapi murid sulit fokus.
- Lebih kritis dalam menerima informasi: Jangan heran kalau ada peserta dewasa yang banyak bertanya atau bahkan mempertanyakan materi. Itu tandanya mereka berpikir aktif, bukan membantah. Justru di situlah ruang diskusi jadi hidup!
- Ingin dihormati dan diakui: Mereka bukan peserta yang bisa “diperintah” tanpa alasan. Mereka ingin diposisikan sebagai rekan belajar yang setara. Ketika kita menghargai pendapat dan pengalaman mereka, semangat belajarnya pun meningkat.
- Suka berdiskusi dan terlibat aktif: Duduk pasif dan hanya mendengar dari awal sampai akhir? Wah, itu bukan gaya belajar mereka. Ajak mereka bicara, refleksi, atau tukar pengalaman—hasilnya jauh lebih menggugah.
- Punya tujuan belajar yang jelas dan praktis: Mereka belajar karena ada kebutuhan yang nyata. Misalnya, ingin jadi fasilitator yang lebih percaya diri, atau ingin menerapkan pendekatan baru di sekolah. Maka pastikan materi pelatihan relevan dengan realitas mereka.
Dengan memahami karakteristik ini, kita bisa merancang suasana belajar yang lebih terbuka, partisipatif, dan saling menghargai. Kita tidak hanya mengajar, tapi juga belajar bersama orang-orang yang membawa kekayaan pengalaman masing-masing. Dan itulah salah satu hal paling menyenangkan dari mengajar orang dewasa!
Metode Efektif dalam Mengajar Orang Dewasa
Mengajar orang dewasa itu mirip seperti ngobrol sambil bertukar pengalaman—serius tapi santai, berisi tapi tetap menyenangkan. Nah, agar proses belajar jadi efektif, ada beberapa metode yang bisa kamu gunakan. Metode ini sudah terbukti cocok untuk mereka yang ingin belajar dengan cara yang relevan dan langsung bisa diterapkan.
- Studi Kasus: Ini salah satu metode favorit! Kita bisa mulai dari cerita nyata—bisa dari pengalaman peserta, kejadian di sekolah, atau fenomena di masyarakat. Setelah itu, peserta diminta menganalisis masalah dan merumuskan solusi. Metode ini sangat cocok untuk mendorong berpikir kritis, kolaborasi, dan pembelajaran berbasis konteks.
- Diskusi Kelompok: Orang dewasa biasanya punya banyak pendapat dan pengalaman. Diskusi kelompok memberi mereka ruang untuk bicara, mendengar, dan membangun pemahaman bersama. Fasilitator cukup memberi pemantik atau pertanyaan terbuka, lalu biarkan ide-ide berkembang.
- Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Mulailah dari apa yang sudah mereka tahu. Misalnya: “Pernahkah Anda menghadapi murid yang tidak bisa diam di kelas? Apa yang Anda lakukan?” Dari situ, pembelajaran terasa lebih relevan dan tidak mengawang-awang. Karena bagi pembelajar dewasa, pengalaman adalah sumber belajar terbaik.
- Simulasi dan Roleplay: Cocok banget buat melatih keterampilan praktis seperti komunikasi, pelayanan publik, atau mediasi konflik. Misalnya, minta dua peserta berpura-pura jadi guru dan orang tua murid, lalu diskusikan hasilnya bersama. Seru dan seringkali membuka perspektif baru!
- Refleksi Individu: Setiap sesi belajar sebaiknya ditutup dengan waktu tenang untuk refleksi. Minta peserta menulis apa yang mereka pelajari hari ini, apa yang menyentuh mereka, dan apa yang ingin diterapkan di kehidupan nyata. Refleksi ini memperkuat kesadaran belajar dan mendorong pertumbuhan pribadi.
Dari pengalaman saya memfasilitasi berbagai pelatihan, metode-metode ini terbukti bikin peserta dewasa lebih semangat, tidak bosan, dan yang paling penting—mereka merasa dihargai. Ingat, orang dewasa belajar bukan hanya untuk tahu, tapi untuk tumbuh. Maka desainlah sesi yang melibatkan akal, hati, dan pengalaman mereka secara utuh.
Penutup dan Refleksi
Mengajar orang dewasa bukan tentang menuangkan isi dari satu kepala ke kepala lain. Ini adalah perjalanan bersama—membangun makna dari pengalaman, berdialog tanpa menghakimi, dan tumbuh bersama dalam suasana yang saling menghargai. Di sinilah pentingnya memahami prinsip andragogi, mengenali karakteristik pembelajar dewasa, dan menerapkan metode pelatihan yang tepat dan manusiawi.
Dalam pengalaman saya sebagai fasilitator, sesi yang paling berdampak bukan yang penuh slide atau teori, tapi yang memberi ruang bagi peserta untuk merasa didengar, dilibatkan, dan dihargai. Jadi, ketika kamu mulai mengajar atau memfasilitasi pelatihan orang dewasa, ingatlah bahwa mereka bukan “lembaran kosong”. Mereka penuh cerita, dan kamu hadir untuk menghidupkan cerita itu jadi pelajaran yang bermakna.
Refleksi kecil:
Apa metode yang paling nyaman kamu gunakan untuk melibatkan peserta dewasa? Apa tantangan terbesar yang pernah kamu alami? Bagaimana kamu akan memperbaikinya di sesi berikutnya?
uk, bagikan artikel ini ke sesama guru, pelatih, atau siapa pun yang bekerja bersama orang dewasa. Bisa jadi bahan diskusi saat rapat guru, pelatihan komunitas, atau bahkan bahan tugas kuliah.
Karena guru pun terus belajar. Dan saat kita mengajar dengan kesadaran, kita tidak hanya menyampaikan materi—tapi membangun ruang belajar yang memerdekakan.
File Lampiran : Strategi Mengajar Orang Dewasa: Prinsip, Karakteristik, dan Contoh Penerapan Andragogi

Aristo Bharata
Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso