BELAJAR DI MASA PANDEMI
Tak Melulu Negatif, Begini Dampak Positif Belajar Daring Selama Pandemi
07 - Nopember - 2020 3658 Share :Beberapa bulan ini, dunia pendidikan diramaikan dengan permasalahan dan dampak negatif mengenai belajar daring. Tak melulu negatif, rupanya ada juga dampak positif belajar daring. Apa sajakah itu?

Sekolah daring masih terus berlanjut. Beberapa pemberitaan menyebutkan bahwa sekolah tatap muka baru bisa dimulai kembali tahun 2021 mendatang. Itu berarti, sampai akhir tahun 2020 proses belajar mengajar tetap dilakukan secara online. Maraknya pembelajaran online, membuat masyarakat seringkali mengeluh akan dampak negatif yang dirasakan.
Padahal, tidak melulu bernada negatif. Ternyata banyak sekali dampak positif belajar daring selama pandemi. Benarkah ada dampak positifnya juga? Apa saja dampaknya tersebut?
Daftar Isi :
- Lebih melek teknologi
- Kreativitas masyarakat semakin meningkatkan
- kolaborasi antar pihak lebih terjaln baik
- Membuat anak lebih mandiri
Lebih Melek Teknologi
Semenjak pandemi, masyarakat khususnya pelajar dituntut agar lebih melek terhadap teknologi. Bagaimana tidak, segala macam kegiatan yang asalnya dilakukan secara langsung saat ini harus dilakukan via online. Misalnya saja sekolah, kebanyakan para pelajar harus berangkat pagi-pagi, bergegas untuk pergi ke sekolah masing-masing. Materi, soal-soal, tugas, siswa dapatkan langsung dari guru melalui catatan di papan tulis, atau didiktekan.
Begitu pun para pegawai kantor dan pegawai lainnya. Biasanya pergi sekali berangkat kerja, sampai di kantor mengerjakan tugas masing-masing sesuai jobdesk-nya. Namun, apa yang terjadi ketika pandemi? Hampir semua orang dituntut agar lebih melek dan peka terhadap teknologi. Para siswa yang biasanya tidak menggunakan Google Classroom misalnya, mendadak harus bisa dan selalu mengerjakan tugas di sana.
Para karyawan yang biasanya tidak pernah rapat melalui aplikasi video meeting, berubah jadi harus menggunakannya. Pun para guru-guru yang dituntut untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi agar pelajaran mudah dicerna lewat media digital. Bahkan, para orangtua yang biasanya hanya sekadar menggunakan telepon pintar untuk kirim pesan dan panggilan, mendadak jadi penuh dengan aplikasi tambahan untuk membantu anaknya mengerjakan dan mengirim tugas.
Melihat fakta-fakat tersebut, sudah menjadi bukti bahwasannya ada dampak positif belajar daring selama pandemi. Seseorang yang awalnya tidak bisa menggunakan teknologi, mendadak jadi bisa. Bukankah itu bisa memberikan pengetahuan hal baru bagi masyarakat?
Kreativitas Masyarakat Semakin Meningkat
Tidak hanya berdampak positif bagi masalah kesadaran masyarakat akan kehadiran teknologi. Pemberlakukan sekolah daring di masa pandemi pun membawa dampak baik. Khususnya bagi perkembangan kreativitas masyarakat dalam menghasilkan sesuatu yang baru. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kita temukan berbagai platform belajar online, aplikasi, dan media pendukung lainnya.
Di bidang pendidikan misalnya, akibat belajar daring banyak yang sengaja membuat aplikasi untuk belajar gratis. Bahkan, ada juga aplikasi yang bisa membantu proses belajar siswa dalam memecahkan setiap masalah dalam tugas sekolahnya. Para guru dan siswa juga dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Misalnya untuk tugas yang biasanya langsung, namun sekarang harus membuat video. Tentu, hal ini bisa mengasah daya kreatif seseorang, bukan?
Sektor kehidupan lain pun tak kalah. Masyarakat berlomba-lomba untuk mengasah kreativitasnya. Seperti memanfaatkan kain sisa pabrik menjadi masker, memanfaatkan beberapa kebutuhan rumah tangga seperti sabun untuk disinfektan, dan lain sebagainya. Keadaan darurat akibat COVID-19 membuat masyarakat lebih berpikir kritis sehingga meningkatkan daya kreativitasnya.
Kolaborasi Antar Pihak Lebih Terjalin Baik
Dampak positif belajar daring lainnya adalah masalah interaksi, komunikasi, koordinasi dan juga kolaborasi. Apa maksudnya? Coba kita perhatikan bagaimana peran guru dan orangtua ketika belajar tatap muka atau offline pada biasanya. Lalu, bandingkan dengan bagaimana pola interkasi keduanya ketika pemberlakukan belajar online saat pandemi. Ada yang berbeda?
Jelas ada. Baik guru dan orangtua ketika belajar daring memiliki peran yang sama kuat dan bahkan sangat penting. Guru berperan sebagai pemberi jalan anak-anak agar tetap bisa sekolah dan belajar sesuai pada jalurnya. Sementara orangtua lah yang harus memastikan bahwa anak-anaknya bisa mengikuti jalur tersebut tanpa hambatan. Ketika sekolah online, kebanyakan orangtua mempercayakan anak sepenuhnya pada guru.
Bahkan, cenderung tidak mengetahui bagaimana proses belajar anaknya di sekolah. Namun, ketika belajar online, orangtua mengetahui pasti bagaimana proses belajar anaknya. Hal ini memicu hubungan yang baik antara anak dan orangtua. Pun orangtua dan guru, karena ketika sang anak atau orangtua tidak paham akan pelajaran, secara otomatis akan menghubungi pihak guru. Bukankah itu bisa membuat pola komunikasi dan hubungan sosial antar berbagai pihak jadi lebih baik?
Membuat Anak Lebih Mandiri
Adapun dampak positif belajar daring lainnya adalah mampu membuat mental anak jadi lebih mandiri. Mengapa demikian? Ketika sekolah tatap muka, anak-anak atau para siswa cenderung terus menerus dicekoki oleh gurunya. Misalnya dalam sebuah pelajaran, guru cenderung memberikan materi secara detail pada siswa. Bahkan saat pemberian tugas, itu tidak pernah jauh dari materi yang baru disampaikan.
Berbeda ketika belajar daring, anak diasah agar lebih mandiri dalam menyelesaikan tugasnya. Tak jarang, ditemukan beberapa tugas tanpa pemaparan materi sebelumnya. Anak dibuat mencari pemecahan masalahnya sendiri. Secara tidak langsung, belajar daring membuat anak jadi problem solver atas masalahnya sendiri. Bukankah itu baik untuk perkembangan jati diri serta kesehatan mentalnya yang tidak ketergantungan?
Bagaimana pun, setiap hal yang terjadi pasti mengandung sisi negatif. Namun, bukan berarti tidak ada sisi positifnya. Selalu ada hal baik setelah kesusahan. Sehingga pembelajaran daring saat ini, tidak selalu berujung negatif. Buktinya, beberapa hal positif tersebut yang seharusnya bisa membuat kita ikut bersyukur juga. Bukankah demikian?
Sumber
*) Dikutip dari berbagai sumber

Silvi Novitasari
Hi, perkenalkan saya Silvi Novitasari, biasa dipanggil Vee. Seorang penulis lepas yang juga senang belajar, berbagi, juga tentunya menulis. Sejak kecil, sangat senang sekali dengan dunia tulis-menulis. Kesenangan itulah yang menjadikan diri sebagai seorang penulis hingga sekarang. Terinspirasi agar dikenang dan bisa memberikan yang terbaik sehingga bisa bermanfaat bagi siapapun dan apapun melalui tulisan. Tak hanya itu, setiap ilmu yang didapat membuat saya ingin banyak berbagi dengan sesama. Berbagi, belajar bersama, dan menciptakan sesuatu yang bisa dirasakan manfaatnya oleh siapa saja. Itulah yang menjadi alasan saya menciptakan salah satu komunitas menulis yakni Komunitas Gerakan Menulis Indonesia (Writer Community). Juga berbagi apapun hikmah yang didapat dalam sebuah buku non-fiksi berjudul “RETROSPEKTIF” dan “Kunci-Kunci Bahagia”. Untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. sebagai pebisnis yang jujur dan hebat, saya juga menghubungkan kesenangan menulis saya dengan bisnis. Hal itu yang membuat saya berusaha membuka beberapa usaha bersama keluarga. Ternyata, kata-kata bisa membantu mengubah masa depan bisnis kita jauh lebih baik. Dari situ jugalah yang menjadikan saya sebagai Copywriter dan Content Writer yang bisa membantu banyak pebisnis mengembangkan bisnisnya melalui tulisan. Semangat berkarya dan menabur banyak manfaat!