Belajar Dari Mana Saja di tamanpustaka.com

Saat ini ada lebih dari 131 artikel gratis yang tersedia

Mulai Belajar

PARENTING

7 Cara Menyiapkan Anak Masuk SD Dengan Santai Tapi Serius

17 - Juni - 2025  83  Share :

Bingung gimana cara mempersiapkan anak masuk SD? Simak panduan santai tapi bermakna ini agar masa transisi anak jadi menyenangkan.


7 Cara Menyiapkan Anak Masuk SD dengan Santai Tapi Serius

Si kecil sebentar lagi masuk Sekolah Dasar? Wah, deg-degan ya! Jangan panik, Ayah Bunda nggak sendiri. Banyak orang tua merasa bingung, khawatir, bahkan takut anak belum siap menghadapi dunia sekolah yang lebih “serius”. Tapi tenang, masa transisi ini bisa kok dijalani dengan cara yang ringan tapi tetap efektif.

Artikel ini akan membimbing Anda lewat 7 cara menyenangkan yang bisa dilakukan di rumah, tanpa tekanan, tanpa drama. Dari membangun rutinitas harian sampai menumbuhkan rasa percaya diri anak, semuanya dikemas santai agar bisa dinikmati saat waktu luang.

Yuk, baca sampai selesai dan rasakan sendiri betapa menyenangkannya membantu anak menyambut dunia SD dengan bahagia dan penuh semangat!

Kenapa Persiapan Masuk SD Itu Penting?

Banyak orang tua yang berpikir, “Ah nanti juga anak belajar sendiri di sekolah.” Sayangnya, masa transisi dari TK ke SD bukan sekadar pindah bangku. Ini soal mental, kemandirian, dan kesiapan emosional.

Anak-anak yang nggak siap bisa jadi minder, takut ke sekolah, bahkan malas belajar. Yuk, bantu mereka masuk SD dengan tenang lewat langkah-langkah ringan tapi bermakna.

1. Mulai dari Rutinitas Harian

Anak-anak yang baru mau masuk SD itu sebenarnya punya rasa penasaran tinggi, tapi juga gampang kaget kalau tiba-tiba harus berubah total dari kebiasaan lamanya. Nah, salah satu cara biar anak nggak “culture shock” adalah dengan mulai membentuk rutinitas harian sejak jauh-jauh hari.

Rutinitas ini sederhana kok, kayak bangun pagi jam yang sama, mandi pagi (meskipun airnya masih berasa dingin), sarapan sehat, dan belajar siap-siap pakai seragam. Tapiii... yang penting bukan cuma rutinitasnya, tapi gimana kita ngajak anak enjoy saat ngejalaninnya.

Misalnya, bikin kegiatan seru setiap pagi kayak “tantangan ganti baju tercepat”, atau “sarapan paling rapi tanpa tumpah.” Anak pasti seneng kalau rutinitas dibuat jadi permainan. Bisa juga sambil muter lagu favoritnya saat dia lagi sikat gigi atau pakai sepatu. Pokoknya bikin pagi hari itu lebih kayak petualangan kecil, bukan seperti dikejar-kejar waktu.

Nggak perlu juga langsung disiplin ala militer. Yang penting konsisten dan pelan-pelan ditambahin aturannya. Kalau hari ini bisa bangun sendiri tanpa dibangunin, kasih apresiasi. Besoknya, tantang dia buat mandi sendiri dan pilih baju sendiri.

Buat sebagian anak, hal kecil seperti menyusun tas sekolah atau menyiapkan bekal sendiri bisa jadi pengalaman menyenangkan kalau diajak dengan cara yang santai. Justru momen-momen ini bisa jadi kenangan manis buat mereka, lho. Anak merasa dilibatkan dan dipercaya. Lama-lama, rasa tanggung jawab itu tumbuh sendiri tanpa perlu dimarahin duluan.

Intinya, biarkan anak merasa punya kontrol atas rutinitasnya, bukan dipaksa. Ajak dia ngobrol, dengarkan pendapatnya, dan rayakan pencapaian kecilnya. Kalau dia udah terbiasa dari sekarang, nanti pas hari pertama sekolah datang, nggak akan ada drama nangis-nangis di depan gerbang. Yang ada malah dia semangat lari duluan ke kelas!

2. Kenalkan Dunia Sekolah dengan Cerita

Bagi anak-anak, masuk SD itu bisa jadi terasa seperti mau pergi ke planet baru. Ada guru yang belum dikenal, teman-teman baru, aturan baru, dan suasana yang lebih “serius” dibanding TK. Wajar banget kalau mereka merasa tegang, takut, atau bahkan bertanya-tanya, “Emang sekolah dasar tuh kayak apa sih?”

Nah, di sinilah peran orang tua sebagai pencerita utama jadi sangat penting. Daripada nunggu anak grogi sendiri pas hari pertama, lebih baik mulai sekarang bantu dia membayangkan suasana sekolah lewat cerita-cerita ringan. Cerita bisa datang dari mana aja: buku anak, animasi, bahkan dari pengalaman masa kecil Ayah dan Bunda sendiri.

Misalnya, sambil santai sore bisa bilang, “Dulu waktu ayah pertama masuk SD, ayah sempat diem aja di pojokan. Eh, ternyata di hari kedua ayah duduk sebangku sama temen yang suka gambar juga. Sejak itu, tiap istirahat kita tukeran gambar dan jadi sahabat sampai sekarang!” Cerita seperti ini bikin anak lebih tenang karena tahu bahwa semua orang pernah mengalami hal yang sama.

Anak juga bisa diajak main peran: pura-pura jadi murid, guru, atau penjaga kantin. Buat skenario lucu atau seru, seperti antre beli jajanan atau lupa bawa buku. Bukan buat nakut-nakutin, tapi untuk membangun imajinasi positif dan mental siap-siap.

Selain itu, coba sesekali ajak anak lewat depan sekolah tempat dia akan belajar nanti. Lihat-lihat dari luar, tunjukkan gerbang, lapangan, dan kalau bisa temui guru atau petugas sekolah yang ramah. Semakin akrab anak dengan lingkungan barunya, semakin kecil rasa cemasnya.

Ingat, anak-anak itu peniru ulung. Kalau kita ceria saat bercerita tentang sekolah, mereka pun akan menirunya. Jadi, jangan terlalu serius. Santai aja. Ceritakan sekolah seperti petualangan baru yang seru banget!

Siap membuat anak bersemangat sekolah? Yuk lanjut ke tips berikutnya — kita bakal bahas soal kemandirian, yang sering jadi kunci anak cepat beradaptasi di dunia SD!

3. Latih Kemandirian Pelan-Pelan

Anak-anak yang masuk SD akan bertemu dengan lingkungan yang lebih ramai, lebih terstruktur, dan tentu saja, tidak bisa bergantung terus-menerus pada orang dewasa seperti waktu di rumah atau TK. Maka dari itu, penting banget untuk mulai melatih kemandirian anak sejak sekarang. Tapi ingat, pelan-pelan aja. Jangan buru-buru atau terlalu kaku.

Coba mulai dari hal-hal simpel dulu. Misalnya:

  • Latihan memakai sepatu sendiri setiap pagi. Buat jadi semacam tantangan kecil. “Ayo, siapa yang bisa pakai sepatu lebih cepat dari Ayah?”
  • Biasakan anak untuk ke toilet tanpa ditemani. Awalnya bisa dari di rumah dulu: buka pintu sendiri, siram sendiri, sampai cuci tangan pakai sabun. Ini kelihatan remeh, tapi krusial banget di sekolah.
  • Ajak anak untuk menyiapkan bekalnya sendiri. Bukan berarti dia masak ya, tapi minta dia pilih snack, bantu masukkan ke kotak bekal, atau ambil botol minumnya sendiri dari kulkas.
  • Merapikan tas sekolah juga bisa dilatih dari sekarang. Misalnya, setelah main, minta anak masukkan kembali alat tulis ke dalam tas, atau bantu sortir mana buku yang perlu dibawa besok.

Supaya makin seru, bisa juga pakai sistem stiker atau reward kecil. Misal: “Kalau kamu bisa sikat gigi sendiri dan siapin tas tiga hari berturut-turut, besok kita beli es krim bareng ya!”

Hal-hal kecil seperti itu perlahan membentuk kebiasaan yang bikin anak lebih percaya diri. Mereka akan merasa, “Oh, ternyata aku bisa, ya!” Dan kepercayaan diri ini penting banget supaya anak nggak canggung atau minder ketika harus mandiri di kelas.

Intinya, kemandirian itu bukan dibentuk dalam sehari semalam. Tapi kalau Ayah Bunda sabar, konsisten, dan menjadikan proses ini sebagai bagian dari rutinitas harian yang menyenangkan, hasilnya akan terasa saat anak masuk sekolah nanti. Dan percayalah, guru-guru pasti bersyukur banget kalau dapat murid yang sudah bisa mandiri sejak hari pertama!

4. Asah Motorik Halus Biar Siap Pegang Pensil

Banyak orang tua langsung panik, “Wah, anak saya belum bisa nulis nih! Gimana nanti pas masuk SD?” Tenang dulu, Ayah Bunda. Sebelum bisa menulis, anak-anak perlu otot tangan yang kuat dan luwes dulu. Di sinilah pentingnya mengasah motorik halus mereka.

Motorik halus itu apa sih? Gampangnya, kemampuan anak untuk menggerakkan otot-otot kecil di tangan dan jari-jarinya dengan terkontrol. Nah, ini yang nanti dipakai buat megang pensil, menghapus, memegang penggaris, atau buka halaman buku.

Jadi, jangan buru-buru kasih latihan menulis. Mending mulai dari kegiatan yang fun dan ringan. Misalnya:

  • Mewarnai – Nggak harus rapi dulu kok, yang penting anak terbiasa menggenggam dan menggerakkan alat tulis. Kalau bisa, pakai krayon besar biar lebih mudah dipegang.
  • Menjiplak huruf atau pola – Cetak huruf besar, terus biarkan anak menjiplaknya pakai spidol. Aktivitas ini memperkenalkan bentuk huruf tanpa tekanan harus langsung bisa nulis.
  • Meronce – Susun manik-manik atau sedotan kecil pakai benang. Ini seru banget lho, apalagi kalau anak sambil nyanyi-nyanyi. Bonusnya, mereka juga belajar fokus dan sabar.
  • Menggunting dan menempel – Ajak anak bikin kolase dari kertas warna. Pilih gunting yang aman untuk anak, dan biarkan mereka bereksplorasi. Awalnya pasti nggak rapi, tapi lama-lama otot tangannya jadi terlatih.
  • Main plastisin – Uleni, bentuk, pipihkan, dan potong plastisin bersama anak. Kegiatan ini nggak cuma melatih tangan, tapi juga imajinasi!

Yang penting, jangan bandingkan anak dengan anak lain. Setiap anak punya kecepatan belajar yang berbeda. Kuncinya adalah konsistensi dan suasana yang menyenangkan. Kalau anak merasa senang saat bermain sambil belajar, mereka justru lebih cepat berkembang.

Jadi, daripada pusing anak belum bisa nulis, yuk bantu mereka menikmati prosesnya dulu. Kalau otot-otot jari dan tangan udah terbiasa bergerak, nanti pegang pensil dan nulis huruf sendiri bakal jadi hal yang natural banget buat mereka!

5. Latihan Bersosialisasi Itu Kunci

Nggak semua anak langsung bisa akrab di lingkungan baru, apalagi dunia SD yang terasa asing dan ramai. Ada yang pemalu banget sampai nempel terus sama ibunya, ada juga yang super aktif sampai lupa aturan. Dua-duanya sama-sama butuh latihan bersosialisasi supaya lebih siap menghadapi dinamika di sekolah.

Yang bisa dilakukan? Sederhana kok! Ajak anak ketemu dan main bareng teman sebaya. Bisa dari tetangga, saudara, atau teman dari PAUD/TK dulu. Biarkan mereka bermain bebas, tapi sambil diam-diam kita perhatikan, gimana cara anak kita berinteraksi: apakah dia mau berbagi mainan? Bisa antri? Atau malah suka merebut?

Kalau anak belum terbiasa, jangan dimarahi. Ajak ngobrol pelan-pelan. Misalnya, “Tadi waktu main sama Dito, kamu marah ya waktu mobil-mobilannya dipinjam? Gimana kalau nanti gantian, kamu pinjam punya Dito juga?” Percakapan seperti ini bisa bantu anak mengerti bahwa berbagi itu bagian dari pertemanan.

Bisa juga ajak anak main peran di rumah. Contohnya:

  • Pura-pura jadi guru dan murid — ajari anak cara menyapa guru, menjawab saat dipanggil, dan angkat tangan kalau mau bicara.
  • Simulasi antre di kantin — bikin barisan dengan boneka atau saudara di rumah, lalu pura-pura beli makanan. Latih anak untuk sabar menunggu giliran.
  • Latihan minta izin ke toilet — ajari kalimat sederhana seperti, “Bu Guru, saya mau ke toilet,” sambil mengetuk pelan pintu imajiner.

Yang penting, semua dilakukan dengan cara menyenangkan. Nggak perlu terlalu serius atau seperti ujian. Cukup dengan gaya bermain, anak justru lebih mudah menyerap kebiasaan baik.

Percaya deh, kemampuan bersosialisasi yang terasah sejak dini akan sangat membantu anak saat hari pertama sekolah tiba. Nggak gampang ngambek, nggak minder, dan lebih siap bergaul dengan teman-teman baru!

6. Melatih Fokus Tanpa Bikin Tegang

Fokus itu kayak otot — makin sering dipakai, makin kuat. Tapi buat anak-anak usia 5–6 tahun, kemampuan fokusnya masih terbatas, lho. Rata-rata mereka hanya bisa konsentrasi sekitar 10 sampai 15 menit. Jadi kalau anak cepat bosan pas disuruh duduk diam atau belajar, itu normal banget!

Yang penting bukan memaksa mereka duduk lama, tapi cari cara seru untuk melatih fokus tanpa bikin tegang. Misalnya, baca cerita pendek bareng anak. Pilih cerita yang lucu atau penuh gambar. Setelah selesai, coba tanya, “Tadi si kancil lari ke mana ya?” atau “Menurut kamu, si kura-kura marah nggak?” Pertanyaan kayak gini bikin anak belajar menyimak dan berpikir — tanpa sadar mereka sedang belajar fokus.

Selain itu, bisa juga lewat permainan. Coba:

  • Puzzle sederhana — potong gambar buah jadi 4–6 bagian, minta anak menyusunnya kembali. Seru dan mengasah logika juga!
  • Main tebak suara — putar suara hewan dari YouTube dan minta anak menebak. Ini mengasah pendengaran dan fokus mereka dalam waktu singkat.
  • Latihan instruksi berurutan — misal, “Ambil sendok, taruh di meja, lalu duduk di kursi.” Makin sering dilatih, anak makin terbiasa fokus mengikuti perintah.

Tapi ingat, jangan langsung berharap anak bisa tahan lama. Fokus itu dibangun pelan-pelan lewat kegiatan singkat tapi konsisten. Misalnya, 10 menit pagi hari main puzzle, lalu 10 menit sore cerita bareng. Itu lebih efektif daripada dipaksa duduk satu jam, tapi ngambek terus.

Dan kalau anak mulai bosan, nggak apa-apa. Ajak istirahat, minum, atau ganti suasana. Yang penting tetap positif dan menyenangkan. Dengan cara ini, anak akan lebih mudah melatih fokus tanpa merasa seperti sedang “belajar keras”.

Yuk, bantu anak mengenal keseruan fokus — bukan sebagai tekanan, tapi sebagai petualangan baru setiap hari!

7. Dukungan Emosional dari Orang Tua

Ayah Bunda, percayalah, tidak ada yang lebih berdampak untuk anak selain kehadiran dan kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan jika semua persiapan teknis sudah dilakukan — anak bisa memakai sepatu sendiri, menulis huruf A sampai Z, atau hafal nama-nama hari — tetap saja yang paling penting adalah: mereka tahu bahwa orang tuanya ada di pihak mereka, apa pun yang terjadi.

Masuk sekolah adalah fase besar buat anak, tapi juga bisa bikin kita sebagai orang tua ikut deg-degan. Nah, justru di momen seperti inilah dukungan emosional kita sangat dibutuhkan. Dan kabar baiknya, Anda sudah cukup. Anda tidak perlu jadi orang tua sempurna. Cukup hadir, mendengarkan, dan menunjukkan cinta setiap hari.

Misalnya, saat anak mulai bilang, “Aku takut sekolah,” jangan langsung menenangkan dengan berkata “Ah, nggak usah takut.” Lebih baik validasi dulu: “Iya ya, masuk tempat baru memang bisa bikin deg-degan.” Lalu peluk, dan katakan: “Tapi Ibu yakin kamu anak yang kuat. Kita bisa hadapi bareng-bareng, ya?”

Bisa juga jadikan waktu menjelang tidur sebagai momen ngobrol santai. Tanyakan, “Hari ini kamu mikirin apa soal sekolah?” atau “Ada yang bikin kamu senang atau bingung?” Anak-anak mungkin jawabnya singkat, tapi percayalah, telinga dan hati yang siap mendengar itu sangat berarti buat mereka.

Jangan lupa berikan pelukan hangat sebelum anak berangkat sekolah. Katakan hal-hal kecil tapi penuh makna seperti, “Ibu bangga kamu sudah siap sekolah,” atau “Ayah percaya kamu bisa bersikap baik di kelas.” Kata-kata seperti itu akan tertanam dan menjadi bekal mental yang kuat di hari-hari pertama mereka di sekolah.

Ingat, tugas kita bukan membuat semua sempurna, tapi menjadi tempat paling aman untuk anak kembali setelah seharian belajar dan bertumbuh di luar rumah.


Tertarik dengan parenting dan dunia pendidikan? Jelajahi artikel lainnya di tamanpustaka.com dan bagikan tulisan ini ke orang tua lain.

Ditulis oleh :


Aristo Bharata

Aristo Bharata

Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso

Artikel Terbaru


Paling Banyak Dibaca



Media Pendidikan Terbaru


Fitur Baru di tamanpustaka.com

Dapatkan Media Pembelajaran dan Aplikasi Pendukung Administrasi Sekolah Secara GRATIS.

Artikel Terbaru Lainnya

Temukan pilihan artikel terbaru lainnya yang telah kami siapkan khusus untuk Anda. Temukan beragam topik menarik, inspirasi, dan informasi terkini yang sayang untuk dilewatkan!

Temukan dan Ikuti Kami 

Terhubung lebih dekat dengan kami melalui media sosial! Dapatkan update terkini, informasi menarik, dan konten eksklusif langsung di feed Anda. Ikuti kami di semua platform favorit Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami!

Tentang tamanpustaka.com

tamanpustaka.com menyajikan materi pelajaran, pengetahuan umum, serta media pembelajaran lengkap dengan gambar dan video untuk siswa hingga masyarakat umum.